Musirawas, (Sabtu24/02/2024)
Ambisi Presiden Jokowi ingin mempertahankan kekuasaannya telah membawa dampak buruk bagi sistem demokrasi kita hari ini. Pemilu yang seharusnya berjalan jujur dan adil (jurdil) telah dinodai oleh ulah Jokowi dengan cawe-cawenya. Diduga telah terjadi kecurangan.
"Bagi saya pemilu kali ini adalah pemilu terburuk sepanjang sejarah Indonesia, karena dilakukan dengan kecurangan." Kata Fauzan kepada wartawan Sabtu, (24/02).
Kecurangan itu lanjutnya, dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif. Menurut dia dari awal pemilu sudah didesain sejak dari isu tiga periode, pencegalan Anies, terakhir meloloskan Gibran menjadi cawapres. Demi sebuah kekuasaan dan mempertahankan dinastinya Jokowi telah menghalalkan segala cara. Bekerjasama dengan komplotannya, para pemodal (oligator) dan para partai politik pendukungnya. Mereka mendesain pemilu tahun 2024 agar satu putaran. Tujuannya hanya satu yaitu untuk memenangkan Paslon 02.
Dalam sebuah pidato ia pernah berkata,"Saya tak bisa dilawan." Pernyataan itu sejalan dengan watak kekuasan yang selalu memaksa. Poin isi pidato tersebut mengisaratkan bahwa pemilu sudah ditentukan pemenangnya dan Jokowi tak bisa dikalahkan, ia harus Menang apapun caranya harus dilakukan.
Akan tetapi Jokowi lupa kejatuhan Fir'aun yang berkuasa selama 400 tahun dapat ditumbangkan oleh seorang tak ternama yang dianggap hina pada saat itu yaitu Nabi Musa, as. Apa sebab? Penyebab kejatuhan Fir'aun yang pertama adalah karena kesombongannya. Karena Tuhan tidak akan membiarkan orang-orang sombong dan zalim secara terus-menerus berkuasa. Fir'aun berkuasa selama 400 tahun dapat ditumbagkan apalagi Jokowi yang belum seberapa, hampir sepuluh tahun. Ingat, " kesombongan yang memuncak pertanda kehancuran seseorang sudah dekat,"katanya.
Lanjutnya, kecurangan berikutnya terjadi saat Jokowi melalui adik iparnya Anwar Usman ketua MK, berhasil meloloskan Gibran menjadi Cawapres lalu kemudian berpasangan dengan Prabowo. Setelah itu jokowi dengan segenap kekuasaan dan uang serta para pendukungnya telah memporak -porandakan jalannya pemilu. Ia telah berhasil mencuri perhatian masyarakat pemilih. Melalui kebijakannya yang tak masuk akal, Jokowi telah melakukan Pemiskinan, pembodohan terhadap rakyat selama kepemimpinanya. Seperti menaikan harga BBM yang berdampak pada kenaikan harga-harga yang sangat menyesengsarakan dan berujung pada penderitaan rakyat sepanjang kepemimpinannya.
Berdasarkan rasio masyarakat pemilih, 80 persen masyarakat pemilih tergolong pemilih konservatif, mereka ini mayoritas berpendidikan rendah dan miskin, yang mudah dibujuk. Sisanya hanya 20 persen tergolong pemilih rasional.
Kondisi ini dimanfaatkannya dengan baik oleh Jokowi sehingga upaya pemiskinan dan pembodohan terus dilakukan. Dengan cara itu suara rakyat pada pemilu dengan mudah dimanipulasi melalui suap seperti pemberian bansos, BLT ,PKH dan berbagai jenis batuan sosial lainnya. Upaya itu ternyata berhasil.
Selain itu Jokowi telah memanfaatkan pasilitas Negara, ia mengerahkan semua aparaturnya guna memenangkan Paslon 02. Salah satunya mengangkat PLT kepala daerah, Gubernur,Bupati dan kepala Desa hingga RT dan RW. Upaya itu dilakukan agar Para PLT Kepala Daerah hingga para Kepala Desa mengerahkan bawahan supaya memihak ke salah satu Paslon. Tak hanya itu, pengerahan aparatur menurunkan baliho Paslon lain dan membiarkan baliho Paslon 02 tetap terpasang, juga merupakan bagian dari kecurangan dan pelanggaran pemilu, belum lagi surat Suara yang telah dicoblos sebelum pemilu dilaksanakan, yang sebagian besarnya memihak ke Paslon 02,"beber Fauzan menjelaskan.
Bahkan lanjutnya, melalui penyelenggara, KPU, Jokowi memanfaatkan teknologi alat bantu penghitungan suara, "sirekap,"yang saat ini masih diperdebatkan tentang kevaliditasannya. "Alat bantu penghitungan suara sirekap rentan dimanipulasi, dikarenakan hitungan angkanya tak punya limit, tanpa batas sehingga data muda diubah untuk ditambah atau dikurangi. Anehnya lagi data yang tersimpan diaplikasi ini sudah beredar dan dimiliki di bebepa Negara yang salah satunya adalah Singapura,"beber Fauzan lagi mengutip Roy suryo pada acara ILC yang ditayangkan di TV One beberapa hari lalu. "Dan saya menduga ada master mind atau kekuatan Besar yang mengendalikan sistem pemilu hari ini sehingga terjadinya kecurangan ini,"imbuhnya.
Secara yuridis lanjutnya, pemilu belum Final karena masih menunggu proses penghitungan suara oleh KPU. Namun secara politik sudah selesai sebab pemenangnya sudah ditentukan melalui hitungan cepat lembaga survei sewahan yang membingungkan."Ini Negara demokrasi atau Negeri Lelucon,"selorohnya.
Oleh karena ia menghimbau kepada semua pihak untuk bersatu guna menghentikan langkah konyol Jokowi ini. Harus ada langkah kongkrit seperti melalui Hak angket DPR yang tentunya harus didukung oleh gerakan masa (People power). Tanpa itu, mustahil agenda politik kotor ini bisa dihentikan. "Rakyat harus bersatu, kecurangan harus dilawan. Jika diam jangan harap pemilu akan jurdil,"ujarnya.
Kembali Fauzan menjelaskan, sejak dari awal Para pakar telah memprediksi bahwa kemenangan Anies akan dihalangi, "siapa penghalangnya? ya..Jokowi,"kata Fauzan mengutip Rocky Gerung. "Kita tak usah pura pura bego, tak perlu sok-sok an menang. Anda tahu kata dia , Pemilu 2024 kali ini adalah pemilu yang paling brutal dan paling memalukan disepanjang sejarah, dimana kecurangan dilakukan secara terang terangan dan dunia mencatat itu.
"Saya tidak pada posisi menyerang, saya hanya ingin mengajak semua menggunakan akal waras dan menyuarakan kebenaran. Saya bukan pendukung, saya pemilih dan itu hak saya sebagai warga Negara. Memihak kepada kebenaran, kejujuran demi tegaknya keadilan adalah keniscayaan karena itu perintah Tuhan. Atas dasar itulah saya memilih yang tentu saja berdasarkan pengetahuan serta kesadaran bathin yang saya miliki yang nantinya akan saya pertanggung jawabkan dihadapan Tuhan kelak,"ucapnya.
Oleh karena itu ia menyarankan kepada pendukung yang menang untuk tidak berlebihan dan bangga menyikapi kemenangan itu. Sebab Proses pemilu masih berlangsung. "Belum ada pengumuman kok sudah menyuarakan kemenangan.Negeri ini aneh , dimana antara pemimpin dan pengikutnya berperilaku sama-sama aneh."katanya."Saya Ingat, sebuah ayat Alquran yang menerangkan tentang kecurangan,Jika keadaan suatu kaum sudah rusak maka yang jadi pemimpin adalah orang-orang buruk."Artinya Al-Quran sudah mengingatkan bahwa kekuasaan hanya bisa langgeng karena pempimpin dan para pengikutnya sama buruknya,"tegas dia mengutip penjelasan Al-Quran surah ke 6 Al-an'am :129.
Kedua lanjutnya, Tuhan tidak akan membiarkan orang-orang sombong dan zalim secara terus-menerus berkuasa di bumi ini. Terlalu mudah bagi Allah untuk menghentikan kesombongan rezim ini, akan tetapi sepertinya sengaja dibiarkan, untuk menguji kemana rakyat berpihak. "Kepada kejujuran, atau tetap mendukung kecurangan atau para pembohong,"tanya dia. Namun ia percaya suatu ketika Tuhan tidak lagi memperdulikan keadaan suatu kaum, lalu membiarkan kesombongan terus dilakukan, kezaliman , kemaksiaan secara terus menerus dilakukan maka itu pertanda kehancuran kaum itu hanya tinggal menunggu waktu.
Ia mencontohkan kejatuhan Fir'aun yang berkuasa selama 400 tahun dapat ditumbangkan oleh Nabi Musa.,as., seorang yang tak ternama bahkan dianggap hina dimasa itu.Apa sebab kejatuhan Fir'aun? Kejatuhan Fir'aun bersama pendukungnya dikarenakan sifat sombongnya. Ada ungkapan,
"Bila kesombongan seseorang sudah memuncak, itu pertanda kejatuhannya sudah dekat,,"kata dia mengutip
Profesor J.E Sahetapy.
Lebih lanjut ia menambahkan, ketika perilaku Fir'aun bersama pengikutnya sudah melewati batasnya, maka Allah SWT., mengutus Nabi-Nya Musa. as, untuk mengingtakan agar Fir'aun dan pengikutnya kembali kejalan yang benar , tetapi peringatan itu diabaikan. Akhirnya Allah membinasakan mereka. Hukum sosial mengatakan ,"bila suatu kaum atau kelompok sudah mencapai puncak kebejatannya, maka tak lama mereka akan binasa."(Quraisy Syihab).
Sebaliknya, Fir'aun bisa berkuasa hingga ratusan tahun karena ada yang mendukungnya. Celakanya perilaku keduanyapun sama buruknya. Perilaku buruk Fir'aun yang bengis dan kejam, menentang kebenaran ,suka maksiat itu rupanya didukung oleh pengikut dan orang-orang yang ada disekelilingnya. Maksudnya pemimpin itu cermin rakyat, jika pemimpin bermaksiat, bisa dipastikan rakyatnyapun suka bermaksiat . Begitu juga ketika rakyat senang kepada kebaikan seperti itulah pemimpinnya. Contoh, "ketika seorang pemimpin senang menunaikan Ibadah Shalat, dapat dipastikan para pengikutnya senang dan taat mengerjakan shalat. Begitu seterusnya.
"Bukankah Allah telah berfirman, Dimana, golongan yang baik adalah milik golongan yang baik pula," ungkapnya menjelaskan lagi-lagi mengutip (QS. An-Nuur: 26).
Karena itu dia menghimbau kedepannya agar masyarakat untuk tidak serampangan dan harus lebih hati-hati, kritis dan cerdas ketika memilih pemimpin. Sebab kesalahan dalam menentukan pilihan konsekwensinya akan berdampak keberlangsungan hidup dan masa depan kita sebagai anak bangsa dan selaku orang tua yang tentunya tidak menginginkan anak-anak kita harus menderita, karena harus menanggung beban akibat kesalahan kita ketika menentukan pilihan, "ungkap Fauzan yang nampaknya perihatin dengan kondisi masyarakat miskin yang saat ini semakin menderita karena kesulitan ekonomi sebagai akibat dari kebijakan pemerintahan Jokowi yang brutal.
"Satu surat suara yang kita coblos dibilik suara akan menentukan bagaimana nasib anak cucuk kita kedepan,"ungkapnya.
Akhirnya keputusan tetap ada di tangan sang pemilik kekuasaan, yakni Tuhan Yang Maha Memutuskan segala perkara umatNya, Allah SWT. "Allah, Dialah pemilik kekuasaan, Dia berikan kekuasaan kepada orang dikejendaki-Nya dan Dia pula yang akan mencabutnya. Dia muliakan orang yang Dia kehendaki dan Dia pula yang akan menghinakannya,"jelasnya kembali mengutip (QS Ali Imran:26).
Oleh karena itu ia berharap kepada semua pihak, dari seluruh lapisan, kelas, etnis , agama, ormas, ulama dan aparat TNI, Polri untuk sama sama menyadari, bersatu untuk melawan "kekuatan besar" ini, yang sengaja menginginkan bangsa ini terbelah sehingga dengan itu mereka dapat menguasai kita.,"pintanya.
Sekarang sedang dilakuan proses penghitungan suara oleh KPU, "apapun hasilnya mau tidak kita harus menerima, kecuali kita bersatu melawannya. Bila tidak maka jangan harap pemilu akan jurdil."ujarnya. Ketahuilah, Allah takkan keliru dalam memutuskan perkara umat-Nya, berbeda dengan keputusan makhluk, apalagi keputusan MK yang rentan diintervensi bahkan bisa dikendalikan. "Jadi, siapapun yang terpilih dan menjadi Presiden nanti, itulah keputusan yang tepat dan pantas untuk sebuah Negara yang bernama Republik Indonesia. Namun bukan yang terbaik, sebab Negeri ini sedang tidak baik-baik saja. Wallahua'lam(*)
Penulis : Fauzan Hakim,S.Ag, Alumni Fakultas Ushuluddin UIN Raden Fatah Palembang.