Sabtu, 16 Juni 2024
FBI.com - polemik dan permasalahan yang terjadi di sekolah sering terjadi salah satunya dengan maksud dan tujuan untuk mencari keuntungan pribadi, pada prakteknya diduga sering mengarah ke pungutan liar (pungli).
Pada saat sedang melakukan tugas jurnalistik awak media frontbiroinvestigasi.com menerima beberapa laporan dari orang tua/wali murid Yang mengeluh kepada awak media dan Mereka mengatakan baju batik anak mereka belum mereka dapatkan sampai saat ini,
Salah satu wali murid mengatakan kepada awak media "Pak baju batik anak kami sampai sekarang belum dapat, ini sudah mau kenaikan kelas, kami tanya ke koperasi sekolah, jawabannya, nah Bu Saya hanya menjaga koperasi saja, Yang nempah semua baju batik dan baju olah raga siswa itu ibu kepsek, Kalu baju nya ada di sini Ya saya bagikan, Jelas wali murid yang menirukan suara Salah satu guru yg menjaga koperasi sekolah
Berangkat dari pernyataan penjaga koperasi sekolah beberapa wali murid bertanya ke guru wali kelas, tapi mereka juga mendapatkan jawaban yang sama, yaitu belum ada, Ungkap wali murid berisial L, W dan C kepada awak media.
Kemudian awak media melontarkan beberapa pertanyaan kembali ke wali murid, "Berapa biaya yang di minta dari pihak sekolah untuk pembelian baju batik dan baju olah raga, dan kapan pihak sekolah meminta bayaran tersebut, serta bagaimana sistem pembayaran nya, apakah tidak mendapat bukti bahwa sudah membayar", tanya awak media kepada wali murid.
Adapun rincian pembelian baju batik di SD negeri 58 yang kami terima dari wali murid diantaranya:
Baju batik untuk anak laki-laki
Rp 90.000,00-
Baju batik untuk anak perempuan
Rp 100.000,00-
Baju olahraga untuk anak laki-laki
Rp 100,000-
Baju olah raga untuk anak perempuan
Rp 110,000-00
Lanjutnya, untuk baju olah raga sudah kami dapatkan, kami di minta membayar sewaktu tahun ajaran baru/ pendaftaran, sistem pembayarannya, boleh di angsuran, tapi pas baju olah raga di bagikan
Kami diharuskan membayar lunas termasuk pembayaran Baju batik, kami bayar hanya dicatat di pembukuan Meraka, Pihak sekolah tidak mau memberikan bukti pembayaran. Ungkap wali murid.
Mendapati beberapa informasi yang masuk ke media ini, membuat Kami merasa terpanggil untuk melakukan pemantauan dan investigasi lebih lanjut, dan kami melanjutkan untuk mendengarkan keluh kesah Dari beberapa wali murid, Karena menurut pandangan kami hal ini sudah berindikasi pungli.
Beranjak dari laporan wali murid tersebut, team kami turun ke lapangan untuk bertanya langsung ke siswa yang pada saat itu Lagi jam pulang sekolah, di hari kamis memang kami lihat Siswa yang memakai baju batik Hanya beberapa orang dan itu pun warna baju batik nya tidak sama,
"Dek Kenapa tidak memakai baju batik"?, tanya awak media ke murid, salah satu murid menjawab, "Baju nya tidak ada pak", Ungkap R (siswa)
Dan awak media melanjutkan pertanyaannya kepada murid yang lain, "Dek kenapa baju batik nya Warnanya berbeda"?,
Sembari tersenyum salah satu murid tersebut menjawab "ini baju batik warisan kk saya, Baju batik punya saya belum dapat dari sekolah pak ujar S (siswa)
Tidak hanya sampai disitu, Awak media mencoba langsung bertanya ke pihak koperasi sekolah Dengan cara seolah-olah menjadi wali murid,
"Permisi Bu, mau tanya, sudah adakah baju batik kepunyaan anak saya, ni sudah mau kenaikan kelas Buk",
Mendapati pertanyaan tersebut penjaga koperasi memberikan jawaban, "Nah pak belum ada, saya tidak tahu juga kapan ada nya, karena yang memesan baju nya ibu kepala sekolah, baju batik dan baju olah raga, Jelas Penjaga Koperasi Sekolah
Beranjak dari hasil konfirmasi yang dilakukan beberapa narasumber dapat ditarik kesimpulan diduga oknum kepsek SDN 58 telah mengambil uang wali murid/siswa, guna mencari keuntungan, dan yang parah nya lagi Oknum kepala sekolah belum memberikan baju batik ke siswa, Padahal wali murid sudah lama membayar lunas.
Sampai berita ini diterbitkan kepala sekolah SD negeri 58 Kota Lubuklinggau pada saat dihubungi oleh awak media via WhatsApp dengan nomor 0821 XXXX XX00 belum memberikan statement dan tanggapan apapun bahkan terkesan mengabaikan konfirmasi tersebut tapi awak media akan terus berusaha untuk menghubungi kepsek guna untuk mendapatkan jawaban untuk pemberitaan selanjutnya.
Red
Tags:
Lubuklinggau