FRONT BIRO INVESTIGASI

Kisah 2 Orang Wartawan Dibohongi Oknum Pegawai TU Di MTS Negeri Lubuk Linggau


Lubuklinggau- Ungkapan dua orang jurnalis yang diduga dibohongi oleh seorang staf Tata Usaha (TU) saat berkunjung di Madrasah Tingkat Sanawiyah Negeri (MTSN) LubukLinggau, Sumetera Selatan, Minggu 11-Agustus 2024. 

Begini ceritanya, (Senin, 5-Agustus 2024), pukul: 8:30 wib, 2 orang jurnalis dari salah satu media online  berinisial P dan A berkunjung ke sekolah MTS Negeri Lubuklinggau. Kedatangan keduanya ingin menemui Kepala sekolah, guna mengkonfirmmasi terkait aktivitas dari beberapa kegiatan sekolah. 

Dengan mengendarai sebuah mobil, pagi itu keduanya menuju gedung sekolah, yang beralamat di jalan lama Kelurahan Megang Kecamatan Lubuklinggau Utara II berdampingan dengan gedung Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Lubuklinggau.

Setiba didepan pintu gerbang, A turun dari mobil langsung  mendatangi pos jaga, melapor.  Sementara P memarkirkan mobil, menuju ke halamanan parkir, persis berhadapan, tak jauh  dari kantor Kepala sekolah. 

Setelah memarkirkan mobil, P yang turun dari mobil bergegas menuju pos jaga ingin  mendampingi temannya yang akan meminta izin.
Tak jauh dari posisi lokasi parkir, persis didepan ruang kepsek, dan sedikit  berhadapan serta  berjarak lebih kurang 7 meter, terlihat sosok  perempuan dari arah ruang TU, lewat, dan bergegas menuju arah  ruang kelas ujung.

"Saat itu, saya sempat menyapa, nah..! inikan Ibu Kepsek,"kata P menyapa perempuan tersebut. Rupanya, sosok yang diduga kepala sekolah itu, berlalu begitu saja tanpa menghiraukannya. Bagi P itu hal biasa, boleh jadi saat itu  sang kepsek belum mengenalnya sehingga berlalu begitu saja tanpa hirau sedikitpun, atau memang sengaja menghindar tak mau ditemui.

Saat ia akan mendatangi Pos jaga, rupanya temannya sudah berada  kantor TU. disana temannya sedang berdebat dengan seorang oknum pegawai tentang keberadaan Kepsek,  bahkan keduanya sempat adu mulut.

Informasi tentang keberadaan kepala sekolah  masih tidak jelas, Ditengah ketidakjelasan  itulah, salah seorang staf memberi tahu bahwa keberadaan Kepala sekolah ada disekolah."Tadi kepala sekolahnya ada pak, mungkin lagi keliling, bapak tunggu aja, begitu staf itu memberitahu temannya itu,"ujar P menguraikan cerita temannya.

Sesaat kemudian, tiba-tiba datanglah  seorang oknum pegawai laki-laki yang keluar dari ruang dalam  bagian kantor, bergegas, menghampiri. Oknum pegawai yang tidak diketahui namanya itu,  dengan gaya dan bicara meninggi saat itu mempertanyakan tentang tujuan pertemuan dengan kepala sekolah.

 "Bapak dari mana,? Begitu sang oknum itu bertanya. Lagi-lagi temannya menjawab bahwa ia dari media.  Saya dari media, ucap temannya menjawab oknum itu. Apa urusannya sama sekolah?,begitu kalimat yang diucapkan sang oknum. "Nah, mendengar itu, teman saya menjadi   emosi, kesal atas ulah oknum itu. Suasanapun sedikit tegang, beruntung dia masih bisa mengendalikan emosinya,"urai P, yang saat itu baru tiba diruang tu sesaat selesai perdebatan. 

Lalu, P yang baru tiba diruang TU melihat temannya keluar meninggalkan ruangan dengan wajah tampak kesal,  sempat menyarankan temannya untuk sedikit sabar. Saat  itu juga spontan langsung menanyakan ke oknum tersebut  tentang keberadaan Kepala sekolah. Kendati ia telah mengetahui perihal kehadiran kepsek.

Sebenarnya, P saat itu, menyesali kedatangannya disekolah tersebut. Namun, karena ajakan temannya akhirnya ia tak dapat menolak. Ia kemudian mengungkapkan, Terlalu ribet serta  berbelit, bagi sebuah sekolah." Masa,, hanya untuk bertemu kepala sekolah sebegitu ketatnya. Ia juga heran dengan sikap oknum pegawai yang bermuka masam,  
kasar,  dan mau marah  melulu, sepertinya mereka kurang senang atas kehadiran ia dan temannya."

Melihat kejadian itu, Ia jadi ingat saat  menjadi wali siswa disebuah sekolah Madrasah Tingkat Atas, masih didalam wilayah Sumsel, beberapa tahun silam. Dimana, sikap dan perilaku oknum pegawai bahkan oknum guru disana persis sama seperti sikap dan perilaku kaum feodal, yang sok-sok-an, ketika sedang berkuasa. Terkadang kasar dan bengis saat orang yang ia layani sedikit kritis," kenang P, mengingat masa lalu buruk nya disekolah tersebut.

Sedikit saja tersinggung, mereka langsung marah. Tak seindah nama sekolahnya, yang bernuansa agama, relegius yang selayaknya bersikap lemah lembut, santun dan ramah serta  berakhlakul Karimah. "Berbanding terbalik dengan sekolah umum yang justru sikap dan pelayanan para pimpinan dan pegawainya jauh lebih lentur, sopan dan ramah,"beber P, menuturkan pengalamannya

Akhirnya, persoalan masih belum selesai, sang oknum pegawai tetap bertahan atas pendapatnya yang menjelaskan keberadaan kepsek tidak disekolah. Untuk memastikan itu, akhirnya P mendatangi oknum tersebut, guna mendengar secara langsung tentang  keberadaan kepala sekolah sebenarnya."Apa benar kepala sekolah tidak ada Pak? Yo, tidak  Ado,"begitu oknum itu menjawab penuh percaya diri. Mendapat penjelasan, tanpa pikir banyak P langsung memanggil temannya, lalu pulang meninggalkan sekolah tersebut.

Menutup  cerita, P menyampaikan sekaligus menyarankan, bahwa atas ulah oknum pegawai disekolah MTS Negeri Lubuklinggau, telah terjadi peristiwa konyol yang tak seharusnya terjadi. Seorang oknum pegawai TU, diduga dengan sengaja telah  meremehkan profesi wartawan yakni berbohong.

Berikutnya, pola dan sikap seperti gaya kaum feodal ini tak seharusnya terjadi di sebuah sekolah yang bernuansa agama ini. Disini berarti  para petugas atau pegawainya, tidak dapat menunjukkan sikap profesionalitasnya selaku pelayan publik, bahkan  terkesan arogan dan kasar saat melayani tamu.

Oleh karena itu ia menyarankan pihak kementerian agama, terkhusus Kepala sekolah untuk melakukan evaluasi terkait kinerja atau cara pelayanan terhadap pengunjung. Bagaimana sebenarnya standar operasional atau prosedur yang harus dijalankan, sehingga masyarakat atau siapapun berkunjung diperlakukan, sesuai SOP sekolah.

Terkait kehadiran teman-teman media ataupun lembaga yang berkunjung ke sekolah, kepala sekolah tak perlu takut atau menghindar apalagi bersembunyi. "Bekerjalah sesuai ketentuan yang ada, tak perlu menghindar atau  sembunyi. Sikap menghindar atau menyembunyikan diri malah akan menimbulkan kesan buruk bahkan justru akan menimbulkan kecurigaan dimata publik, terkait penyelenggaraan atau pengelolaan pendidikan oleh pihak sekolah,"tandas P, menutup ceritanya.

Kepala sekolah,  Arsiyanti, melalui sambungan telepon, Sabtu (10/8/2024) saat ditanya terkait permasalahan ini belum memberikan tanggapan. Kendati nomor teleponnya aktif tapi tak diangkat, bahkan saat dikonfirmasi melalui pesan singkat pun, masih juga belum ada jawaban, kendati di pesan WhatsApp tersebut telah terbaca.

Jurnalis : Fauzan Hakim, S.Ag

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama